Minggu, 25 September 2011

Penulisan Daftar Pustaka


Apa itu daftar pustaka,,,???
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung.
                Beberapa unsur mendasar yang ditulis dalam daftar rujukan secara berturut-turut meliputi :
  1. Nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik.
  2. Tahun penerbitan.
  3. Judul, termasuk anak judul (sub judul).
  4. Kota tempat penerbitan.
  5. Nama penerbit.
Bagaimana jika penulisannya lebih dari satu atau tim?
Apabila penulisannya lebih dari satu, cara  penulisannya adalah nama penulis bagian depan dibalik sedangkan nama penulis bagian belakang tidak dibalik.
            Contoh :
            Rahmania, Hemmy dan Syauqi Faiz.
            Apabila penulisannya ditulis oleh tim, semua penulisannya harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
Macam-macam Rujukan
  1. Rujukan dari artikel dalam buku kumpulan artikel.
  2. Rujukan dari artikel dalam jurnal.
  3. Rujukan dari artikel dalam majalah atau koran.
  4. Rujukan dari buku.
  5. Rujukan dari koran
  6. Rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan tanpa lembaga.
  7. Rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut.
  8. Rujukan berupa karya terjemahan.
  9. Rujukan dari internet berupa karya individual.
  10. Rujukan dari internet berupa artikel dalam jurnal.
  11. Rujukan dari internet berupa bahan diskusi.
  12. Rujukan dari internet berupa e-mail pribadi.
  13.  Rujukan berupa skripsi, tesis, atau disertasi.
  14. Rujukan berupa makalah yang disajikan dalam seminar, penataran, atau lokakarya.
Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel
Apabila ada satu editor maka ditambah dengan tulisan (Ed) dan (Eds) jika editornya lebih dari satu, di antara nama penulis dan tahun penerbitan.
            Contoh :
Fadjar, M. 2002. Pendidikan Budi Pekerti. Dalam Taufiq, M (Eds) Menggagas Pendidikan Masa Depan (hlm. 3-10). UMM : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
Rujukan dari Artikel dalam Jurnal
            Untuk artikel dalam jurnal cara penulisannya, nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel yang ditulis dengan cetak biasa dan huruf besar pada setiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak miring dan huruf awal dari setiap katanya ditulis dengan huruf besar kecuali kata hubung. Bagian akhir berturut-turut ditulis nomor berapa (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel tersebut.
Contoh :
Aziz, A. 1997. Tingkah Laku Bulu Babi di Padang Lamun. Oseana, 19 (4) : 35-43 

Minggu, 11 September 2011

Kejujuran Dalam Foto Jurnalistik



| KEJUJURAN | Foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto yang bertujuan dalam permotretannya karena keinginan bercerita kepada orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan utamanya adalah keinginan dalam menyampaikan pesan (massage) visual pada orang lain dengan maksut agar orang yang melihat melakukan sesuatu tindakan psikis maupun psikologis atas karya yang disajikan.
Tak hanya berita. Tidak sedikit, sajinan fotojurnalistik yang dimuat di sebuah media cetak misalnya, langsung mendapat respon dari sebuah isntitusi, lembaga pemerintahan. Misalnya foto jalan rusak, kubangan berbahaya, langsung mendapat respon dari Pemerintah Kota setelah foto-foto itu dimuat di media cetak. Memang selain sebagai alat komunikasi, fotojurnalistik juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.
Namun demikian dalam perkembangannya, fotojurnalistik saat tidak hanya dibuat oleh wartawan media cetak saja. Munculnya media online, blog, citizen jurnalist, juga mampu memberikan wacana baru, paradikma baru, terhadap masyarakat luas dalam berkomunikasi.

Begitu halnya dengan photojurnalistik, juga mengalami hal yang sama. Kini media online mampu menyajikan informasi secara cepat dan akurat. Tidak lama lagi kecepatan penyajian fototojurnalistik online bisa menggantikan posisi fotojurnalistik media cetak. Perkembangan fotojurnalistik saat ini juga mengalami perubahan yang signifikan. Munculnya citizen photojurnalist juga memberikan warna baru terhadap perkembangan fotojurnalistik.
Berikut ini, akan kembali membahas sekilas tentang fotojurnalistik. Banyak orang awam beranggapan bahwa yang disebut fotojurnalistik itu hanyalah foto-foto yang dihasilkan oleh para wartawan foto saja. Padahal fotojurnalistik sebenarnya mencakup hal yang sangat luas. Foto-foto advertensi, kalender, postcard adalah juga bisa dikatakan jenis fotojurnalistik.
Dalam buku serial Photojournalistic yang diterbitkan oleh Time Life diungkapkan bahwa: Sementara foto-foto yang dihasilkan oleh para wartawan foto seperti yang kita lihat di media massa adalah pers foto (foto berita) yang penekanannya pada perekaman fakta otentik yang terjadi ditengah masyarakat.
Misalnya foto yang menggambarkan kebakaran, kecelakaan, penggusuran, dsb. Foto berita, foto advertensi dan sebagainya, itu semua sebenarnya ingin menceritakan sesuatu yang pada gilirannya akan membuat orang tersebut bertindak (feedback) . Foto-foto jurnalistik ini disiplinnya lebih banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh imaji (gambar) bagi pemerhatinya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa fotojurnalistik yang baik adalah foto yang memiliki pesan yang jelas dari sebuah peristiwa, tetapi dibuat dengan kemampuan teknologi secara otentik berupa kamera dan disiarkan ke tengah masyarakat.
Untuk mencapai ini tentu kita harus menguasai dua basis yang berbeda. Yaitu pendekatan teknis dan pendekatan konseptual. Pada pendekatan teknis, seorang fotojurnalis dituntut mengetahui dan menguasai betul segala aspek teknis dalam pemotretan yang mencakup, kamera, lensa dan aksesoris dan lainnya, sebagai penunjang untuk menghasilkan karya. Sedang pendekatan koseptual, ada terkait sejauh mana hasil karya itu memeliki pesan yang akan disampaikan ke tengah masyarakat.
Definisi dari fotojurnalistik dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan itu. Biasanya foto jurnalistik memiliki ciri-ciri yang melekat seperti; Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri, melengkapi suatu berita/artikel dan dimuat dalam suatu media baik media cetak maupun media online.